Wednesday 5 March 2008

KANKER PARU

KANKER PARU

Pendahuluan
Kanker adalah istilah umum yang dipakai untuk menunjukan neoplasma ganas. Neoplasma ganas umumnya tumbuh lebih cepat dan hampir selalu tumbuh secara progresif jika tidak dibuang. Sel neoplasma ganas tidak memiliki sifat kohesif akibatnya pola penyebaran neoplasma ganas sangat tidak teratur. Penyakit kanker disebabkan oleh proses mutasi atau aktivasi abnormal gen sel yang mengendalikan pertumbuhan sel dan mitosis sel. Gen abnormal tersebut disebut onkogen. Di dalam semua sel juga ditemukan antionkogen yang menekan aktivitas onkogen tertentu. Hilangnya akivitas antionkogen tersebut dapat memungkinkan aktivitas onkogen menyebabkan kanker. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit kanker adalah faktor radiasi, zat kimia, virus, kecenderungan herediter.1  
Salah satu penyebab nomor satu kematian terutama di negara industri adalah kanker paru yang sering disebut dengan karsinoma bronkogenik karena sembilan puluh lima persen tumor paru primer berasal dari epitel bronkus. Kanker paru di USA tahun 2002 dilaporkan terdapat 169.400 kasus baru (merupakan 13 % dari semua kanker baru yang terdiagnosis) dengan 154.900 kematian (25 % dari seluruh kematian akibat kanker). Di Inggris prevalensi angka kematian mencapai 40.000/tahun, di Indonesia menduduki peringkat 4 terbanyak. Di negara berkembang insidennya naik dengan cepat antara lain karena konsumsi rokok berlebihan seperti di cina yang mengkonsumsi 30 % rokok dunia. Kebanyakan kanker paru mengenai pria (65%).2 

Etiologi
 Hingga saat ini etiologi dari kanker paru yang sebenarnya belum diketahui, tetapi ada tiga faktor yang menyebabkan penyakit ini menjadi meningkat, yakni merokok, bahaya industri, dan polusi udara. Faktor yang mempunyai peringkat paling tinggi adalah merokok yang mencapai angka 85 % dari seluruh kasus. Banyak bukti statistik yang menunjukkan hubungan antara perokok berat dengan timbulnya penyakit kanker paru. Sekitar 50 % orang dewasa di USA adalah perokok, setengah dari mereka telah berhenti merokok. Setelah berhenti merokok resiko terserang penyakit jantung menurun, sedangkan resiko kanker paru tidak.3 Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara. Suatu karsinogen (bahan yang menimbulkan kanker) ditemukan di dalam udara polusi dan juga asap rokok. Karsinoma bronkogenik juga ditemukan akibat bahaya industri, berbagai bahaya industri yang paling penting dalam kasus ini adalah industri asbes. Resiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar dari pada masyarakat umum.4
Pada penelitian kanker paru, binatang tikus telah digunakan para ilmuwan untuk mempelajari proses terjadinya kanker paru pada manusia baik pada tipe SCLC maupun NSLC. Model pada tikus dan reaksi kimia mirip pada subtipe adenokarsinoma. Mutasi gen dapat menyebabkan terjadinya kanker paru. Sebagai contoh, inaktivasi gen penekanan tumor yang terletak di 3p merupakan kejadian paling awal, sedangkan mutasi TP53 atau pengaktifan onkogen K-RAS terjadi relatif belakangan. Yang lebih penting tampaknya perubahan genetika tertentu, seperti hilangnya bahan kromosom 3p, dapat ditemukan, bahkan pada epitel bronkus jinak pasien kanker paru, serta di epitel pernapasan perokok yang tidak mengidap kanker paru, yang mengisyaratkan bahwa pajanan ke karsinogen menyebabkan mukosa pernafasan secara luas mengalami mutagenisasi. Di lahan yang subur ini sel yang mengakumulasi mutasi lain akan berkembang menjadi kanker. 5, 6 

Patologi 
Karsino Bronkogenik muncul melalui akumulasi bertahap kelainan genetik yang menyebabkan transformasi epitel brokus jinak menjadi jaringan neoplastik. Rangkaian perubahan molekular tidak bersifat acak tetapi mengikuti suatu sekuensi yang sejajar dengan perkembangan histologik menjadi kanker. Karsinoma bronkogenik berawal sebagai lesi mukosa kecil yang biasanya padat dan berwarna abu-abu putih, lesi dapat membentuk massa intralumen, menginvasi mukosa bronkus, atau membentuk massa besar yang medorong parenkim paru di dekatnya. Beberapa tumor besar mengalami kavitasis akibat nekrosis sentral atau terbentuknya fokus perdarahan. Akhirnya tumor ini dapat meluas ke pleura, menginvasi rongga pleura dan dinding dada, dan menyebar ke struktur intratoraks di dekatnya. Penyebaran yang lebih jauh dapat terjadi melalui limfatik atau darah.5
Kanker paru bronkogenik untuk tujuan pengobatan biasanya dibagi menjadi menjadi :4
a. SCLC (small cell lung cancer).
Tumor ini biasanya terletak di tengah di sekitar percabangan utama bronki. Tidak seperti kanker paru yang lain, jenis tumor ini timbul dari sel-sel kulchitsky, komponen normal epitel bronkus. Gambaran histologinya secara khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hapir semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin yang sedikit sekali tanpa nukleoli. Disebut juga “oat cell carcinoma” karena bentuknya mirip dengan biji gandum, sel kecil ini cenderung berkumpul di sekeliling pembuluh darah halus menyerupai pseudoroset. Sel-sel yang bemitosis banyak sekali ditemukan begitu juga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan warna gelap sekitar pembuluh darah.
b. NSCLC (non small cell lung cancer). Kategori dari NSCL mencakup karsinoma skuamosa, adeno karsinoma, karsinoma sel besar.
Karsinoma sel skuamosa mempunyai ciri khas proses keratinisasi dan pembentukan “bridge” intraselular, studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari displasia skuamosa ke karsinoma insitu.
Karsinoma Sel Skuamosa merupakan tipe histologik karsinoma bronkogenik yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamous biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum. Karsinoma sel skuamosa seringkali disertai batuk dan hemoptisis akibat iritasi atau ulserasi, pneumonia, dan pembentukan abses akibat obstruksi dan infeksi sekunder. 
Adenokarsinoma, seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan perut lokal pada paru dan fibrosis intertisial kronik. Lesi seringkali meluas ke pembuluh darah limfe pada stadium dini, dan seringkali bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.
Karsinoma sel bronkial alveolar, merupakan subtipe adenokarsinoma yang jarang ditemukan, dan yang berasal dari epitel alveolus atau bronkiolus terminalis. Pada beberapa kasus secara makroskopis neoplasma ini mirip konsolidasi uniform pneumonia lobaris. Secara mikroskopis, tampak kelompok-kelompok alveolus yang dibatasi oleh sel-sel jernih penghasil mukus, dan terdapat banyak sputum mukoid. 
Karsinoma sel besar, adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.

Gambaran Klinis Kanker Paru 2 
Kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis pada fase awal. Bila gejala klinis sudah mulai nampak berarti pasien dalam stadium lanjut. Gejal-gejala dapat bersifat :
 Lokal (tumor tumbuh setempat):
- Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis.
- Hemoptisis.
- Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran pernafasan
- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
- Atelektasis.
 Invasi Lokal
- Nyeri dada
- Dispnea karena efusi pleura
- Invasi ke perikardium : terjadi tamponade atau aritmia.
- Sindrom bena cava superior
- Sindrome horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
- Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
- Sindrom pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis.
 Gejala Penyakit Metastasis :
- Pada otak, tulang, hati, adrenal.
- Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyerupai metastasis).
 Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10 % kanker paru, dengan gejala :
- Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
- Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi.
- Hipertrofi osteoartropati
- Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
- Neuromiopati
- Endokrin : sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
- Dermatologik : eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh.
- Renal: sydrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH).
 Asimitomatik dengan kelainan radiologis. Kelainan berupa nodul soliter.
Karsinoma bronkogenik seringkali menyerupai pneumonitis yang tidak dapat ditanggulangi. Batuk merupakan gejala umum yang seringkali diabaikan oleh pasien atau dianggap sebagai akibat merokok atu bronkitis. Bila karsinoma bronkus berkembang pada pasien bronkitis kronik, maka batuk timbul lebih sering, atau volume sputum bertambah. Hemoptisis merupakan gejala umum lainnya. Gejala-gejala awal adalah mengi lokal dan dispnea ringan yang mungkin diakibatkan oleh obstruksi bronkus. Nyeri dada dapat timbul dalam berbagai bentuk tetapi biasanya dialami sebagai perasaan sakit atau tidak enak akibat penyebaran neoplastik ke mediastinum. Nyeri pleuritik dapat pula timbul bila terjadi serangan sekunder pada pleura akibat penyebaran neoplastik atau pneumonia. Pembekakan jari yang timbul cepat merupakan penanda yang penting karena dapat dikaitkan dengan karsinoma bronkogenik (30% kasus, biasanya NSLC). Gejala-gejala umum seperti anoreksia, lelah dan penurunan berat badan merupakan gejala-gejala lanjut.
  

DAFTAR PUSTAKA

1. Arthur C. Guyton, M.D., John E. Hall, Ph.D., “ Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, EGC 2008, hlm 41 – 42.
2. Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati, ”Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam”, Departemen Penyakit Dalam FKUI 2007, hlm 1005 – 1006.
3. James L. Mulshine, M.D., and Daniel C. Sullivan, M.D., “Lung Cancer Screening”, http://content.nejm.org/cgi/reprint/352/26/2714.pdf, 30 Juni 2005.
4. Sylvia Anderson Price, RN, PhD, Lorraine McCarty Wilson, RN, PhD, “Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit”, EGC 2006, hlm 843 – 847.
5. Vinay Kumar, MD, FRCPath, Ramzi S. Cotran, MD, Stanley L. Robbins, MD, “Buku Ajar Patologi”, EGC 2007, hlm 559 – 565.
6. Nobuko Wakamatsu, Theodora R. Devereux, Hue-Hua L. Hong, Robert C. Sills, “Overview of the Molecular Carcinogenesis of Mouse Lung Tumor Models of Human Lung Cancer”, http://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=2094362&blobtype=pdf, 2007.
7. Carlo M. Croce, M.D., “Oncogenes and Cancer”, http://content.nejm.org/cgi/reprint/358/5/502.pdf, 2008